Tampilkan postingan dengan label budidaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label budidaya. Tampilkan semua postingan
Kamis, 30 Januari 2014
Budidaya Aglaonema

Klasifikasi
* Divisi : Magnoliophyta
* Kelas : Liliopsida
* Subkelas : Base monocots
* Ordo : Alismatales
* Famili : Araceae
* Subfamili : Aroideae
* Suku/Genus : Aglaonemateae
Sifat Tanaman Dan Syarat Tumbuh
Sifat dari tanaman aglaonema beragam, ada yang dapat terkena sinar matahari dan ada juga yang harus ternaungi, sebagian aglaonema dapat hidup di tempat lembab dan sebagian lagi di tempat sedikit kering, tanaman aglaonema tergolong bandel, mudah dirawat dan cocok dijadikan tanaman indoor, apalagi aglaonema terkenal dengan motif daunnya yang indah.
Syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pertumbuhan aglaonema yang optimal adalah lokasi, cahaya, kelembaban dan suhu Lokasi yang ideal untuk merawat aglaonema adalah daerah yang berketinggian 300 – 400 m diatas permukaan laut,namun tidak menutup kemungkinan juga dapat tumbuh baik di dataran rendah, sesuai habitatnya aglaonema menyukai lokasi yang teduh dengan pencahayaan terbatas, intensitas sinar matahari berkisar antara 10 – 30%, kelembaban yang cocok untuk merawat aglaonema adalah 50 – 70%, di kisaran itu tanaman tumbuh baik, lebih dari 75% dapat menyebabkan tumbuhnya cendawan pada media tanam, selain itu juga suhu menunjang pertumbuhan, lokasi sebaiknya bersuhu 28 – 30˚C pada siang hari dan 20 – 22˚C malam hari dan dibantu juga dengan sirkulasi udara yang baik
Media Tanam
Untuk memiliki tanaman aglaonema yang tumbuh sehat dan baik diantaranya adalah dengan menggunakan media dengan komposisi yang pas, media dengan tingkat keasaman/pH dan porositas (Porous) yang ideal sangat baik untuk pertumbuhan aglaonema, media tanam aglaonema juga harus steril, yaitu bebas dari penyakit, tidak mudah lapuk dan hancur karena air, mudah diperoleh dan harganya terjangkau, aglaonema dapat tumbuh dengan baik pada media dengan pH 7 atau disebut juga pH netral yang kaya akan zat hara, angka pH dengan selisih 0,5 – 1 masih dianggap pH ideal.
Porous artinya mudah mengeluarkan kelebihan air, tingkat porositas yang dibutuhkan pada media tanam sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu ketinggian dan kelembaban, pada dataran rendah yang panas dan bercurah hujan rendah, media tanam sebaiknya harus bisa menahan air sehingga media tidak kekeringan, sebaliknya di dataran tinggi yang umumnya sering hujan sebaiknya gunakan media dengan porositas tinggi agar kelebihan air mudah dikeluarkan.
Berikut macam jenis unsur yang digunakan untuk media tanam aglaonema, yang tentunya dengan tingkat porositas yang berbeda dengan kekurangan kelebihan masing-masing, kombinasi beberapa unsur media dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan faktor lingkungan :1. Pakis, sekam bakar, Pasir malang, humus (1;1;1;1)2. Pakis, pasir malang, sekam bakar, cocopeat (2;1;1;1)3. Pakis, sekam bakar, pasir malang, cocopeat (2;1;1;1)4. Cocopeat, sekam bakar kompos organik (5;3;2)5. Pakis, pasir malang, kaliandra (3;2;1)
Jenis unsur media tanam
* Pakis ; pakis dapat menyimpan air dengan baik dan memiliki drainase dan aerasi yang bagus, akar dapat menyerap air dengan mudah dan leluasa untuk berkembang, tidak mudah lapuk dan memiliki daya tahan cukup tinggi
* Sekam Bakar ; sekam bakar memiliki kelebihan unsur yang terletak pada sifatnya yang steril dan daya tahanya mencapai 1 tahun, aerasinya cukup baik namun daya serapnya terhadap air kurang baik, sehingga harus dicampur dengan unsur yang dapat menyerap air
* Pasir malang ; pasir malang unsur media yang tingkat porositasnya cukup baik, karena itu penggunaanya digunakan untuk mencegah media yang terlalu basah dan air yang menggenang
* Cocopeat ; cocopeat adalah sabut kelapa hasil olahan, unsur ini sangat cocok digunakan bila menginginkan media yang cukup lembab untuk aglaonema khususnya di daerah yang kering dan panas, cocopeat dapat menahan air cukup lama dalam jumlah yang banyak, namun sifatnya mudah lapuk
* Kaliandra ; kaliandra cocok digunakan sebagai media di daerah kering dan panas, media ini cenderung cepat lembab sehingga rawan terjangkit cendewan pengganggu, sifatnya mudah lapuk dan hanya bertahan 4 – 6 bulan
Penyiraman
Aglaonema termasuk tanaman yang butuh air dalam jumlah cukup, jadi penyiraman hal penting yang mesti diperhatikan agar aglaonema tumbuh baik, tapi tidak sampai menggenangi medianya, frekuensi dan dosis penyiraman perlu diatur sesuai dengan kondisi media dan lingkungan setempat.
Pemupukan
Untuk menunjang pertumbuhan tanaman aglaonema kebutuhan nutrisi sangat penting, beragam merek pupuk majemuk/anorganik mudah diperoleh, bahkan saat ini sudah banyak beredar pupuk khusus aglaonema. Sebelum memilih, cermati dulu komposisi nutrisi dan penggunaanya, barulah cara dan dosis pemberiannya, pemberian pupuk dengan dosis rendah, tetapi sering diberikan akan menghasilkan tanaman kualitas baik dibanding dengan pemberian sesekali dengan dosis tinggi.
Mengganti Media Tanam
Untuk menjaga agar kualitas aglaonema tetap baik perlu dilakukan penggantian media tanam, media tanam yang baik akan membuat aglaonema tumbuh dengan sehat, penggantian media tanam/repotting aglaonema dilakukan setiap 6-12 bulan sekali, repotting juga dibutuhkan oleh tanaman yang sudah terlalu besar sehingga tidak sebanding lagi dengan ukuran pot
Hama Dan Penyakit
Hama adalah hewan pengganggu tanaman yang secara fisik masih dapat dilihat secara kasat mata tanpa bantuan alat. Hama pada aglaonema bermacam-macam dan gejalanya berbeda-beda diantaranya ;
1. Ulat – hama ulat ada yang menyerang daun, yaitu spodoptera sp dan ada juga yang menyerang batang, yaitu Noctuidae
2. Kutu putih (kutu kebul) – kutu ini sering menyerang aglaonema di dataran rendah dibanding di dataran tinggi. Kutu putih menyerang batang dan daun bagian bawah, kutu tersebut mengisap cairan daun dan meninggalkan jelaga pada daun
3. Belalang – belalang menyerang tanaman aglaonema sama hal nya dengan ulat, yaitu menyerang daun
4. Kutu sisik – hama ini menyerang daun, pelepah, batang dan bunga, bentuknya seperti lintah dengan ukuran yang lebih kecil, kutu sisik ini dapat menyebabkan daun mengerut, kuning, layu dan akhirnya mati
5. Kutu Perisai – kutu ini menyerang bagian daun, kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun, kutu ini memiliki bentuk seperti perisai pada bagian punggungnya
6. Root mealy bugs – menyerang bagian akar tanaman, bentuknya seperti kutu putih, tanaman menjadi kurus, kerdil, daunya mengecil dan layu
Penyakit – penyakit pada tanaman khususnya aglaonema disebabkan oleh 2 patogen, yaitu cendawan dan bakteri. Jumlah cendawan yang menyebabkan penyakit pada umumnya lebih banyak dibanding bakteri, berikut penyakit yang biasanya menyerang aglaonema:
1. Layu fusarium, gejala serangan ditandai dengan tulang daun yang pucat berubah warna menjadi coklat keabuan lalu tanggkainya membusuk, penyebabnya adalah media yang selalu basah sehingga media tanam ber-pH rendah, yang kondisi tersebut membuat Fusarium oxysporium leluasa berkembang.
2. Layu Bakteri, ditandai dengan daun dan batang yang melunak serta bau yang tak sedap
3. Busuk Akar, ditandai dengan daun yang menjadi pucat lalu busuk, batang yang berlubang dan layu, akarnya berwarna coklat kehitaman, yang disebabkan media terlalu lembab sehingga menyebabkan cendawan cepat berkembnag
4. Bercak daun, yang disebabkan oleh cendawan, penyakit ini ditandai dengan adanya bercak pada daun yang lama kelamaan membusuk
5. Virus, pada aglaonema ditandai dengan daun yang berubah menjadi kekuningan atau menjadi keriting, perubahan tersebut karena virus dapat menghancurkan klorofil dan jaringan lainnya pada daun, virus susah ditanggulangi, perawatan dan pengendalian lingkungan yang baik merupakan cara pencegahan yang paling efektif Memperbanyak Aglaonema Aglaonema bisa diperbanyak melalui 2 cara, yaitu generatif (kawin) dilakukan dengan cara menanam biji sedangkan vegetatif (tidak kawin) dilakukan melalui stek, pemisahan anakan, cangkok, dan kultur jaringan.
Sumber : http://distan.riau.go.id/
Kamis, 24 Oktober 2013
Cara Budidaya Ikan Patin Supaya Hasil Maksimal

Banyaknya permintaan masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional khususnya Negara Jepang terhadap kebutuhan ikan patin mendorong para peternak ikan di Indonesia mulai melirik Ikan berkumis ini, dan banyak dari mereka yang ingin mengetahui bagaimana cara budidaya ikan patin yang baik dan benar.
Namun dibalik peluang yang cukup menggiurkan itu ternyata tidak cukup mudah untuk beternak atau budidaya ikan patin ini supaya mendapat hasil yang maksimal.
Namun dibalik peluang yang cukup menggiurkan itu ternyata tidak cukup mudah untuk beternak atau budidaya ikan patin ini supaya mendapat hasil yang maksimal.
Di blog ini kita akan coba membahas bagaimana cara budidya ikan patin walaupun isi blog ini tidak lengkap seutuhnya, namun tahapan-tahapannya bisa kita pelajari untuk mewujudkan hasil budidaya iakan patin yang maksimal.
Air yang dapat digunakan untuk kegiatan pembenihan dapat berasal dari air tanah ataupun air irigasi yang bebas dari pencemaran. Pada proses penetasan telur dan pendederan air yang digunakan harus menggunakan air sumur hal ini untuk menghindari adanya pencemaran dan timbulnya serangan penyakit dan jamur pada telur dan larva, sedangkan untuk perawatan induk dan pendederan benih dapat menggunakan air irigasi. Perlakuan mutlak dilakukan baik untuk air tanah maupun air irigasi dengan melakukan metode pengendapan, filtrasi, dan aerasi . Hal ini diperlukan untuk mengurangi plastic tanah maupun pasir serta menambah kandungan oksigen kedalam air sebelum digunakan untuk media pemeliharaan ikan.
2. Lokasi
Pemilihan lokasi untuk pembenihan harus dilakukan. Hal ini terutama berhubungan dengan ketersediaan dan kualitas air, baik air tanah maupun air irigasi harus tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang tahun. Selain itu, lokasi unit pembenihan harus memiliki akses jalan yang baik untuk menunjang operasional kegiatan pembenihan dan pemasaran benih. Untuk menghindari musibah, lokasi unit pembenihan harus bebas dari banjir dan tanah longsor.
3. Peralatan yang diperlukan
Peralatan yang diperlukan pada kegiatan pembenihan antara lain adalah sebagai berikut
v Hapa plastic
v Hapa penampungan
v Bak penampungan induk
v Seser halus (scope net)
v Pompa air
v Sistem aerasi
v Termometer
v Akuarium + Rak
v akuarium
v Bak / kolam pendederan
v Alat suntik (spuit)
v Kateter/ kanulator
v Timbangan
v Baskom
v Handuk / Sarung tangan
v Bulu ayam
v Corong penetasan telur
v Corong penetasan artemia
v Peralatan penunjang lainnya
v Water heater
4. Bahan yang diperlukan
Bahan yang digunakan pada kegiatan pembenihan antara lain adalah sebagai berikut
v Pakan Induk
v Pakan Benih
v Hormon Ovaprim
v Obat-obatan
v Artemia
v Sodium (NaCl 0,9%)
v Suspensi tanah merah
v Tissue
v Bahan penunjang lainnya
INDUK PATIN
1. Karakter Induk
Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya di¬pelihara dulu secara khusus didalam sangkar terapung. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi makanan khusus yang banyak mengandung protein.Contohnya dengan memberikan makanan berbentuk gumpalan (pasta) dari bahan-bahan pembuat makanan ayam dengan komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras 25%, tepung kedelai 10%, serta vitamin dan mineral 0,5%. Makanan diberikan lima hari dalam seminggu sebanyak 5% setiap hari dengan pembagian pagi hari 2,5% dan sore hari 2,5%. Selain itu, diberikan juga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.
Induk patin yang baik untuk dipijahkan adalah induk yang telah berumur antara 2,5 - 5 tahun dengan berat antara 3 - 6 Kg. Induk ukuran ini mudah ditangani, memerlukan sedikit lastic dan tingkat ovulasinya lebih , tinggi plasticm dengan induk yang lebih tua dan ber¬ukuran lebih besar.
Pemeliharaan induk jika memungkinkan dilakukan dalam beberapa kelompok dandiperlihara secara terpisah hal ini dimaksudkan agar dapat digunakan secara ber¬gantian. Pemeliharaan induk dilakukan pada kolam tanah dan dapat juga menggunakan kolam tembok dengan kepadatan 3 - 5 ekor/ m2, kualitas air ideal untuk induk suhu antara 25 - 30 oC, pH 6,0 - 8,5 dan kandungan oksigen terlarut minimal 4 mg/L.
Selama pemberian pakan dilakukan pengamatan terhadap tingkah laku makan ikan, warna dan kondisi air, kondisi kincir, aerasi dan memastikan kalau tidak ada ikan liar yang masuk kedalam kolam pemeliharaan induk. Pakan yang diberikan jangan terlalu banyak atau sampai tersisa karena akan menyebabkan turunnya kualitas air.
Pola makan ikan terkadang tidak sama setiap harinya maka pakan yang diberikan harus dikontrol dan tercatat dengan baik baik waktu dan jumlah pemberian pakan serta jenis pakan yang diberikan. Pakan yang umum diberikan pada induk patin adalah pellet komersial dengan kadar protein 30 - 35 %. Jumlah pemberian pakan maksimum adalah 2 - 3 % dari, berat biomass dan diberikan 2 - 3 kali perhari pada pagi, sore dan atau malam hari.
PEMIJAHAN BUATAN DAN PENETASAN TELUR
1.a. Persiapan Induk
Setelah diketahui jumlah induk yang direncanaan untuk disuntik maka 2 (dua) hari sebelum induk diseleksi induk dipuasakan terlebih dahulu. Jika I induk tidak di puasakan dan dipaksakan diseleksi maka akan dapat menyebabkan induk luka dan stress, yang akhirnya akan menyebabkan gagalnya ovulasi telur.
b. Persiapan Alat dan Bahan
Langkah awal yang sangat penting dalam kegiatan pembenihan adalah persiapan. Langkah-langkah dalam persiapan meliputi perencanaan, pengecekan kondisi peralatan pemberokan atau inkubasi induk, pendataan, pengecekan terhadap kesiapan dan kelayakan kondisi peralatan dan bahan yang akan digunakan.
2. Seleksi Induk
Pada umumnya, induk ikan betina yang telah matang gonad memiliki ciri-ciri yang mudah dibedakan dengan induk jantan atau induk betina yang belum dewasa. Postur tubuh induk betina cenderung melebar dan pendek, perut) lembek, halus dan membesar kearah anus. Urogenital membengkak dan membuka serta benvarna merah tua. Sedangkan postur tubuh induk jantan plastic lebih langsing dan panjang, apabila bagian perut dekat lubang kelamin diurut akan mengeluarkan cairan putih kental (cairan sperma).
3. Penyuntikan Hormon
Hormon yang digunakan adalah ovaprim, standar dosis ovaprim yang diberikan untuk induk betina adalah 0,5 ml/kg sedangkan untuk induk jantan adalah 0,2 kg (bila diperlukan). Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali pada bagian intramuscular di punggung atas kanan/kiri sudut penyuntikan 45o, dengan interval waktu penyuntikan pertama dan kedua sekitar 6-12 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 bagian dari dosis total dan sisanya 2/3 bagian lagi diberikan pada penyuntikan kedua.
proses striping sampai memasukan telur kedalam corong penetasan harus dengan cepat dan lembut. Oleh karena itu persiapan peralatan harus dilakukan dengan teliti sebelum kegiatan pembenihan dimulai.
Setelah 6 (enam) jam setelah penyuntikan kedua di¬lakukan pengecekan terhadap induk betina dilakukan pengecekan terhadap induk betina apakah sudah ovulasi atau belum, langkah pertama yang dilakukan adalah pembiusan terhadap induk. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan dalarn proses pengecekan dan mengurangi tingkat stress pada ikan. Pembiusan dilakukan dengan menggunakan benzocaine dengan dosis 100 ppm.
Setelah induk terbius langkah selanjutnya adalah pengecekan ovulasi, ovulasi dilakukan dengan cara meng¬urut perut induk ikan dari arah perut ke lubang genital, langkah ini dilakukan dengan hati-hati, waktu striping yang tepat adalah pada saat telur keluar ketika dilakukan pemijatan yang lembut pada bagian perut dan jangan me¬lakukan pijatan yang keras atau dipaksakan.
5. Inseminasi Buatan
Pembuahan buatan dilakukan dengan cara men¬campur telur dan sperma dengan larutan sodium 0,9 % dan diaduk secara perlahan menggunakan bulu ayam. Tujuan pencampuran larutan sodium ini adalah untuk mengencerkan sperma agar sperma dan telur dapat ter¬campur secara lebih merata.
Setelah diaduk secara merata dan telur terbungkus oleh sperma, langkah selanjutnya adalah pencampuran larutan tanah merah yang berguna untuk menghilangkan daya rekat telur kemudian diaduk sempurna hingga telur tidak menempel satu sama lain. Untuk menghilangkan larutan tanah merah pada telur dilakukan beberapa kali pembilasan menggunakan air bersih hingga telur bersih sempurna. Telur yang telah bersih kemudian siap untuk dimasukan dalam corong penetasan.
Telur yang telah netes pada media akuarium, fiber ataupun bak haruslah di sipon atau dibersihkan dari kotoran yang berasal dari cangkang telur atau telur yang busuk dan tidak menetas. Ada hal yang hams diperhatikan yaitu ketika telur sudah menetas kita pun harus segera menyiapkan pakan, dimana pakan yang biasa diberikan adalah Artemia.
Larva dipelihara ania- 15 hari, hingga larva ikan akan mencapai ukuran 3/4 inchi. Larva ikan diberikan pakan naupli artemia dari umur 30 jam hingga 7 hari. Adapun f pada hari ke 8 hingga ke 15 larva diberi pakan cacing sutera. Suhu optimal untuk pemeliharaan larva ikan patin adalah antara 29-30oC.
Selama pemeliharaan larva dilakukan penyiponan sisa pakan dan faeces secara rutin, penambahan dan per¬gantian air dapat dilakukan setelah 4 hari pemeliharaan dan dilakukan secara rutin minimal setiap 2 hari sekali atau sesuai dengan kebutuhan.
Larva akan berangsur-angsur berubah menjadi benih pada umur sekitar 15 hari dan pada umur tersebut benih kemudian dipanen dan didederkan pada wadah yang lebih besar agar pertumbuhan benih lebih optimal. W—a-ha a perid—de erandapit ierupa barsemen ataupun bak fiber hingga benih berukuran 2-3 inchi, seluruh kegiatan pemeliharaan larva hingga benih harus dicatat dan ter¬dokumentasi dengan baik, hal ini untuk menghitung biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi benih patin. Selain itu bertujuan untuk memudahkan dalam evaluasi apabila terjadi kendala dan masalah dalam proses pemeliharaan benih.
Persiapan Wadah Pemeliharaan
Wadah yang dapat digunakan untuk pemeliharaan larva yaitu akuarium, bak fiber, bak semen, atau bak kayu. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketinggian air media pemeliharaan larva sebaiknya tidak terlalu dalam atau tinggi, idealnya adalah 20-40 cm. bila terlalu tinggi akan menyulitkan larva dalam mengambil oksigen dari udara, karena ikan patin sesekali akan mengambil oksigen dari udara meskipun kandungan oksigen terlarut dalam air cukup karena diberikan aerasi.
Sebelum digunakan untuk pemeliharaan larva, wadah dicuci dengan deterjen hingga bersih kemudian dibilas dengan desinfektan seperti klorin, kaporit atau PK, kemudian dibilas dengan air bersih dan dibiarkan kering. Setelah benar-benar kering wadah dapat diisi dengan air bersih sebagai media pemeliharaan larva, pengisian air dilakukan sehari sebelum larva akan ditebar, kedalam wadah ditambahkan aerasi.
Panen Benih
Setelah benih berumur 15 hari, ukuran benih sekitar 3/4 inci dan siap untuk dipanen. Setelah semua larva dipanen, dihitung survival rate (survival rate = jumlah benih yang hidup dibagi jumlah larva yang ditebar x 100), jumlah artemia dan cacing yang digunakan untuk melengkapi form pemeliharaan larva. Selanjutnya benih tersebut didederkan dikolam, bak semen atau bak kayu. Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak. ( Sumber Buku : Jurus Tepat Budi Daya IKAN PATIN, Penulis : Siska Dewi )
Langganan:
Postingan (Atom)